Mengangkat tema Taman Bumi Tapak Tektonik di Jantung Sulawesi, Festival Mosintuwu menjadi salah satu ajang untuk mengenalkan sebagian dari kekayaan alam di Kabupaten Poso.

“Di kegiatan ini pengunjung bisa belajar mengenal apa saja yang ada dipermukaan dan dibawah perut bumi yang berusia jutaan tahun lampau yang membentuk bumi kita saat ini,” jelas Ketua Institut Mosintuwu, Lian Gogali.

Menurut Lian, di Kawasan Geopark Poso, batuan membawa sejarah, membentuk kisah, menyampaikan cerita yang menakjubkan. Batuan membawa sejarah pembentukan bumi yang dipijak jutaan tahun yang lalu.

Festival Mosintuwu 2025 yang digelar pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2025 yang lalu memberikan ruang bagi pelajar dan masyarakat umum untuk berinteraksi dengan para ahli yang berada di stand Museum Mini Geologi dan Museum Mini Aquatik.

Sampel Batuan dari 24 Situs

Di stand Museum Mini Geologi, Riska Puspita, ahli geologi dari Universitas Tadulako nampak melayani anak-anak pelajar yang bertanya tentang sampel batu-batuan yang dipajang di atas meja. Sampel batu-batuan itu berasal dari 24 lokasi situs warisan geologi yang menjadi tujuan ekspedisi Poso.

“Salah satunya disini yang paling menarik pengunjung ini kuarsa ini karena mereka melihat ini seperti intan, seperti berlian karena dia berkilap seperti itu kemudian transparan seperti intan jadi banyak yang mengira ini intan atau diamond. Anak-anak bahkan mereka bilang ini seperti yang saya lihat di gim, ini seperti saya lihat di kartun begitu, nah mereka bisa melihat secara langsung,” kata Riska Puspita ditemui di stand museum mini geologi di lokasi festival Mosintuwu.

Ahli Geologi, Riska Puspita saat melayani pertanyaan anak-anak tentang sampel batuan di Museum Mini Geologi

Di stand tersebut juga terdapat poster yang memuat informasi terkait terbentuknya danau poso jutaan tahun yang lalu.

“Ada poster-poster di sini mulai dari teori-teori dasar geologi, ada lapisan bumi, kemudian post tektoniknya, siklus batuannya dan dan sampai ada poster kami tampilkan di sini bagaimana Danau Poso itu terbentuk,” jelas Riska Puspita ahli geologi dari Universitas Tadulako.

Ditambahkannya, sampel batu-batuan itu bisa menceritakan bagaimana terbentuknya wilayah Poso.

“Contohnya Danau Poso ini dan Kabupaten Poso yang secara luas dari batuan-batuan ini bisa di ketahui bahwa dulunya adalah laut yang kemudian terangkat dari dorongan lempeng tektonik sekarang sudah menjadi darat,”

Museum mini geologi di festival Mosintuwu hadir lewat kolaborasi Tim Geologi Jelajah Geopark dengan para geolog dari Universitas Tadulako.

Mengenal Biota Endemik di Museum Mini Aquatik

Sementara itu Museum Mini Aquatik, sekelompok pelajar juga terlihat memperhatikan aquarium yang ditempatkan yang berjejer berisi berbagai biota endemik Danau Poso, seperti keong dan ikan ikan kecil,  sambil mendengarkan penjelasan dari Muh Herjayanto dari tim ahli keanekaragaman hayati.

“Biota ini endemik, jadi hanya ada di Kabupaten Poso. Jadi orang kalau mau belajar ikan, udang, kerang, keong ini harus datang ke Danau Poso,” jelas Muh Herjayanto yang juga adalah dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Provinsi Banten.

Salah satu biota yang dapat dilihat di Museum Mini Aquatik tersebut adalah ikan Nomorhamphus celebensis yang kini sudah terancam punah. Dikenal dengan nama lokal didisa dan anasa, ikan tersebut juga dipandang sebagai duta air bersih.

Selain itu para pengunjung festival juga dapat menyaksikan ikan Mugilogobius sarasinorum yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama ikan bungu.

“Jadi ikan ini (bungu-red) biasa kita temukan di sungai-sungai inlet yang masuk ke Danau Poso atau di pesisir-pesisir. Ikan ini sangat unik dengan dominasi warna hitam, berenangnya lambat,” papar Muh Herjayanto. Ikan bungu terancam punah menurut catatan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), yang sekaligus menjadi pengingat bagi masyarakat untuk menjaga kelestarian biota di Danau Poso.

Bagi Herjayanto, Festival Mosintuwu memberikan kesempatan untuk mengenali biota-biota endemik Danau Poso yang akan membangkitkan kesadaran pentingnya upaya pelestarian.