Subscribe to Updates
Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.
Penulis: Festival Mosintuwu
Festival Mosintuwu diselenggarakan oleh Institut Mosintuwu, bekerjasama dengan para penjelajah geopark Poso tahun 2025 yang terdiri dari para fotografer, videografer, animator, pelukis, tukang sablon, pendongeng, penulis, jurnalis, peneliti dan akademisi. Para penjelajah menciptakan beragam karya, memproduksi karya seni yang akan menjadi bagian gelaran Festival Mosintuwu. Peserta Festival terbuka bagi siapa saja yang mau bersama-sama dalam gerakan mewujudkan Taman Bumi Poso. Secara khusus, Festival Mosintuwu menghadirkan siswa-siswi dari berbagai sekolah SD, SMP, SMA di wilayah Pamona Utara, Pamona Puselemba, Pamona Barat, Pamona Selatan, Pamona Tenggara dan Pamona Timur, yang berpartisipasi dalam festival pada Kompetisi Antar Sekolah.
Festival Mosintuwu tahun 2025 mengambil tema “ Taman Bumi Poso” Tema ini lahir dari proses bersama usulan Geopark Poso sebagai sebuah konsep pembangunan di Kabupaten Poso, dimana desa-desa menjadi ruang geraknya. Pemilihan tema ini didasarkan pada sebuah mimpi bersama tentang konsep semesta kehidupan di Kabupaten Poso dalam sebuah lingkup yang namanya Taman Bumi. Sejak 2019, Institut Mosintuwu bekerjasama dengan para peneliti dan akademisi melakukan Ekspedisi Poso untuk menelusuri sejarah bumi yang ditinggali, keanekaragaman hayati, dan kekayaan tradisi budaya di Kabupaten Poso. Perjalanan Ekspedisi Poso ini menemukan bentuk permukaan bumi Poso menggambarkan adanya jejak-jejak yang ditinggalkan oleh peristiwa pembentukan bumi di…
IDE AWAL Festival Mosintuwu berawal dari diskusi dan proses belajar bersama di kelas Sekolah Perempuan Mosintuwu diikuti dengan serangkaian pelatihan dan lokakarya tentang desa. Proses belajar bersama berlangsung sejak tahun 2010, di 80 desa/kelurahan di Kabupaten Poso dan Morowali diikuti 523 anggota sekolah perempuan, 750 anak-anak dan anak muda, 1000-an partisipasi masyarakat desa/kelurahan lainnya. Ini dilanjutkan dalam kelas-kelas Sekolah Pembaharu Desa di 22 desa di Kabupaten Poso sejak tahun 2019 yang membicarakan dan mengelisahkan kembali konsep kemakmuran dan kedaulatan desa, serta perjalanan Ekspedisi Poso sejak 2019 , dan perjalanan kebudayaan yang memaknai ulang filosofi Pombepotowe, Pombepatuwu, Pombetubunaka manusia dan dengan alam.…
Workshop Animasi : Belajar bersama membuat animasi dengan sederhana Narasumber : Febri Lumanga Workshop musik tradisional : Mengajak anak muda mengenal musik-musik tradisional Poso; membuka ruang kolaborasi antar seniman untuk musik tradisional Poso. Narasumber : Iksan Melagu Workshop Sablon : Belajar mengenal teknik sablon sambil menikmati visual Taman Bumi. Narasumber : Hardy “Adiwarnastudio” Workshop Foto : Mengajak pengunjung dan peserta festival mengembangkan teknik pembuatan video dan Foto untuk mengkampanyekan Tana Poso. Narasumber : Adi Pranata, Amar, Ray Hasibuan Workshop Dongeng : Mengajak anak muda mengekspresikan diri dalam dongeng. Narasumber : Raya Ariesca Workshop Pupuk Organik : Memperkenalkan metode pembuatan pupuk…
Produksi pangan massal telah mendorong alih fungsi lahan menjadi milik pemodal bukan lagi para petani dan nelayan. Pola konsumsi instan telah menggusur keanekaragaman hayati, mempercepat krisis pangan, merusak sumber air, termasuk hampir memusnahkan warisan bibit para leluhur. Hal ini dipertajam dengan penggunaan pupuk kimia, pembuatan benih rekayasa genetik. Kondisi ini menghancurkan dan meminggirkan pangan lokal dan menyebabkan langkanya benih warisan. Menjaga bumi dan kembali ke alam, memerlukan upaya bersama untuk mengembalikan dan mempertahankan bibit asli . Ini bisa dimulai dengan menanam kembali bibit yang ada. Di Festival Mosintuwu, kami ingin mengajak pengunjung festival mengenal kembali pengolahan tanah dengan cara organik.…
Apa yang kita makan mendefinisikan siapa kita. Alam menciptakan kebudayaan kita di atas meja. Menghadirkan makanan dari alam di desa di Festival Mosintuwu merupakan bagian dari upaya mengingat sejarah tanah, air, dan hutan di atas meja makan. Festival Mosintuwu akan menghadirkan Nyami To Poso ( Selera orang Poso ), kuliner khas 4 suku : Pamona, Lore, Mori, Napu. Suku-suku ini merupakan suku-suku yang mendiami Tana Poso lebih awal. Masing-masing suku akan membawa dan menggali informasi, serta pengetahuan tentang kuliner suku-suku untuk diperkenalkan kembali dan ditempatkan dalam konteks kekinian. Dalam atraksi masak Nyami to Poso, pengunjung akan diperkenalkan kuliner tanah Poso…
Ituwu, onco arogo, dui, tape, inuyu, wajik, dange atau dumpi, beko adalah sebagian dari resep lokal yang akan dinikmati pengunjung di warung desa Festival Mosintuwu. Komunitas perempuan di wilayah Yosi akan membuka warung yang menyajikan kuliner khas di Tana Poso. Kuliner ini disajikan dengan wadah dari alam dan khas desa. Warung desa di Festival Mosintuwu adalah akses makanan bagi peserta dan pengunjung festival. Menikmati makanan di warung desa Festival Mosintuwu bukan hanya soal kebutuhan konsumsi, tapi sebuah cara bersama merawat ingatan atas tanah, air dan hasil hutan yangtelah memberikan pangan dan diolah oleh desa. Bahan makanan yang disiapkan adalah kuliner…
Festival Mosintuwu membuka ruang dimana sayuran, buah-buahan, berbagai bermacam umbi-umbian, hingga biji- bijian yang diolah di desa dapat dirayakan sebagai pangan yang bukan hanya dikonsumsi tapi dirawat melalui sistem tanam organik. Di Festival Mosintuwu 2025, pasar desa dikelola oleh komunitas petani dari wilayah Yosi. Festival Mosintuwu mewajibkan desa untuk mengunakan bahan/wadah alami untuk membungkus hasil alam yang akan dijual di pasar desa. Manfaatkan kekayaan alam yang tersedia seperti seperti bambu dan daun-daun, sekaligus merawat keterampilan warisan leluhur untuk membuat wadah jualan dari bahan alami seperti pingku, tambego . Wadah dari plastik sekali pakai terlarang di Festival Mosintuwu. Usaha Desa Desa-desa dan komunitas…